Senin, 09 Januari 2012

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Dalam filsafat pendidikan modern dikenal beberapa aliran, antara lain progressivisme, essensialisme,  dan perennialisme.
1. Aliran Progressivisme
Filsafat progressivisme tidak mengakui kemutlakan kehidupan, menolak absolutism, dan otoritarianisme dalam segala bentuknya. Nilai-nilai yang dianut filsafat ini bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Nilai-nilai yang dianut filsafat ini bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran, dan terbuka (open minded), dan menuntut pribadi para penganutnya untuk selalu bersikap penjelajah dan peneliti, guna mengembangkan pengalaman mereka. Namun demikian, filsafat progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, kekuatan yang dimiliki manusia sejak lahir. Maksudnya, manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan atau potensi dasar, terutama daya akalnya, sehingga manusia akan dapat mengatasi segala problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman, maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya. 


Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan pada abad ini. Aliran ini meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan pada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990:146). Oleh Karena itu, filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab pendidikan yang otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran dan mematikan gaya kreasi, baik secara fisik maupun secara psikis anak didik. 
Filsafat progressivisme menghendaki sekolah yang memiliki kurikulum yang bersifat fleksibel. Dengan berpijak pada prinsip tersebut maka kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman (kurikulum eksperimental) yang didasarkan pada kehidupan manusia dalam berinteraksi dalam lingkungan yang   kompleks.


2. Aliran Essensialisme
Sifat yang menonjol dari ontology essensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikuasai oleh tata nilai yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela pula. Artinya, bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan di akhirat.
Horne (dalam Jalaludin dan Idi, 2011: 104) menyatakan bahwa kurikulum hendaknya bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan cita-cita masyarakat yang ideal. Kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Bogolousky (dalam Jalaludin dan Idi, 2011: 105) menyatakan bahwa kurikulum seperti rumah yang mempunyai empat bagian, yaitu sebagai berikut.
1.      Universum. Pengetahuan merupakan latar belakang adanya kekuatan segala manifestasi hidup manusia. Diantaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-ususl tata surya dan lain-lain.
2.      Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia merupakan sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, dan hidup nyaman serta sejahtera.
3.      Kebudayaan. Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran, dan penilaian mengenai lingkungan.
4.      Kepribadian. Dalam kurikulum hendaknya diusahakan agar factor-faktor fisik, fisiologi, emosional, dan intelektual sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis sesuai dengan kemanusiaan ideal.
3. Aliran Perennialisme
        Di zaman modern ini, banyak bermunculan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, perennialisme memberikan jalan keluar yaitu dengan mengembalikan pada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.  
    Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lain yang memberikan banyak sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.

     Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain. 
     Manusia pada hakikatnya sama, maka perlu dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang yang disebut pendidikan umum. Melalui kurikulum yang satu dan proses belajar yang disesuaikan dengan karakter setiap individu, diharapkan setiap individu itu terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama. Perennialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang memberikan pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi, dan pendidikan orang dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar