PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Permasalahan yang dihadapi pemerintah
di bidang pendidikan yaitu untuk mengantisipasi era globalisasi. Pendidikan
dituntut dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu
bersaing di era globalisasi. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan lulusan
yang unggul (kompetitif) sehingga dapat eksis di dunia global. Agar pendidikan
nasional memiliki lulusan yang kompetitif
maka pendidikan harus mempunyai manajemen yang berkualitas, baik dalam hal efektivitas dan efisiensinya harus
merupakan proses kearah peningkatan mutu pendidikan. Banyak hal yang telah
dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi permasalahan mutu pendidikan sesuai
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Salah
satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat. Artinya,
pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putri mereka
sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat
perkembangan IPTEK yang sangat pesat serta era globalisasi di depan mata maka
tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat menjadi
suatu keharusan. Karena itulah, pihak sekolah perlu melakukan
pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen
yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap
lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri, serta ketersediaan
sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional. Tantangan
yang semakin ketat dalam dunia pendidikan, khususnya bagi para pelaksana
perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan pendidikan, dalam hal ini
pemerintah, harus memiliki alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat
dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan
untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup
dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan datang yaitu dengan
melakukan analisis SWOT.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a.
Apakah pengertian analisis SWOT?
b.
Apakah jenis-jenis analisis SWOT?
c.
Bagaimanakah tahap-tahap analisis SWOT?
d.
Bagaimanakah contoh analisis SWOT di
sekolah?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam makalah ini adalah untuk:
a.
menjelaskan pengertian analisis SWOT;
b.
menjelaskan jenis-jenis analisis SWOT;
c.
menjelaskan tahap-tahap analisis SWOT;
dan
d.
memaparkan contoh analisis SWOT.
4. Manfaat
Penyusunan
makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat secara:
a. Teoritis, yaitu untuk Perencanaan Pendidikan khususnya dalam memahami analisis
swot dalam pendidikan: perumusan visi dan misi.
b.
Praktis, dapat bermanfaat bagi:
1)
Para pendidik, dapat memahami analisis SWOT
dalam pendidikan sehingga dapat menerapkannya di sekolah masing-masing.
2)
Mahasiswa supaya memiliki pengetahuan
mengenai analisis swot dalam pendidikan.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Analisis SWOT
Analisis
SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan
eksternalnya. Analisa SWOT
dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. SWOT adalah singkatan dari
Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang
berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu
Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering
digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan
dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah.
Strenghts
(kekuatan)
Strenghts
(kekuatan) adalah situasi atau
kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat
dalam tubuh organisasi, proyek organisasi itu sendiri. Contohnya Jumlah anggota yang lebih dari cukup (kuantitatif) atau pengalaman anggota dalam beberapa
kegiatan (kualitatif).
Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan) adalah
kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya
yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih
mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan
kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan
kekuatan yang sudah ada. Contohnya adalah kurang terbinanya komunikasi antar anggota atau jaringan yang telah
terbangun tidak dimaksimalkan oleh seluruh anggota.
Opportunity
(kesempatan)
Opportunity adalah faktor positif yang muncul
dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita
untuk memanfaatkannya. Kondisi yang terjadi merupakan peluang
dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Opportunity tidak
hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang,
akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
Threat (Tantangan/Ancaman)
Threat adalah
factor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya
atau berjalannya sebuah organisasi atau program.
SWOT
adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam
proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai
terapan. Instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara
terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para
perencana mengenai apa yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka (perencana).
Jika
analisis SWOT digunakan, maka dimungkinkan bagi sebuah lembaga (sekolah) untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubungannya
dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri
yang akan dimasuki oleh lulusannya. Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor
eksternal, (terdiri atas ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu
pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan
sebuah visi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai
membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan
serta berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
Analisis SWOT adalah indentifikasi beberapa faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/organisasi (Rangkuti, 2000:19).
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts)
dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). SWOT adalah
singkatan dari lingkungan internal; Strenghts dan Weaknesses
serta lingkungan eksternal; Opportunities dan Threats. Berikut
ini adalah diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2000: 19-20):
|
BERBAGAI
PELUANG
|
|
|
|
3.
Mendukung strategi turn around
|
|
|
1.
Mendukung strategi agresif
|
|
|
|
|||
|
|
|||
KELEMAHAN
INTERNAL
|
|
|
KEKUATAN
INTERNAL
|
|
|
|
|||
4.
Mendukung strategi defensive
|
|
|
2.
Mendukung strategi diversifikasi
|
|
|
|
|||
|
|
|||
|
|
|||
|
BERBAGAI
ANCAMAN
|
|
|
KUADRAN I Ini merupakan situasi yang
sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth
oriented strategy).
KUADRAN II : Meskipun menghadapi
berbagai ancaman,perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangkapanjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa)
KUADARAN III : Perusahaan menghadapi
peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal.
Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan
masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
KUADRAN IV : Ini merupakan situasi yang
sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan analisis SWOT adalah :
- SWOT analysis bisa sangat-sangat subjective. Bisa saja terjadi 2 orang menganalisa 1 perusahaan yang sama menghasilkan SWOT yang berbeda. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai arahan dan bukan pemecahan masalah.
- Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan
- Analisa harus didasarkan atas kondisi yang sedang terjadi dan bukan situasi yang seharusnya terjadi
- Hindari daerah abu-abu.
- Hindari kerumitan yang tidak perlu dan analisa yang berlebihan. Buatlah analisa SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin (Imadiklus : 2010).
SWOT
selain dapat digunakan pada perusahaan bisnis, dapat juga digunakan pada
manajemen sekolah dalam menghadapi
tantangan maupun peluang yang ada di era globalisasi ini. Penerapan SWOT pada
instansi pendidikan tersebut dapat mendorong kemajuan manajemen sekolah.
Beberapa
contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;
1.
Tenaga kependidikan dan staf
adminstrasi.
2.
Ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas
sarana prasarana (lingkungan belajar).
3.
Siswa yang ada.
4.
Anggaran operasional.
5.
Program riset dan pengembangan iptek.
6.
Organisasi atau dewan lainnya dalam
sekolah.
Beberapa
contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan:
1.
Tempat kerja yang prospektif bagi
lulusan.
2.
Orang tua dan keluarga siswa.
3.
Lembaga pendidikan pesaing lainnya.
4.
Sekolah /lembaga tinggi sebagai
persiapan lanjutan.
5.
Demografi sosial dan ekonomi penduduk.
6.
Badan-badan penyandang dana.
Penafsiran kekuatan dan
kelemahan dapat dilakukan melalui survey, kelompok-kelompok fokus, wawancara
dengan murid dan alumni, dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu
kelemahan dan kekuatan tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi
item-item tersebut. Gambaran eksternal bersifat komplementer
terhadap self-study internal di dalam analisis SWOT.
Pengaruh-pengaruh nasional dan regional seperti masalah-masalah lokal dan
negara adalah yang paling penting dalam memutuskan program baru apa saja
yang perlu ditambah atau program yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau
diganti. Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses
penganalisaannya akan berkembang menjadi beberapa Subkomponen yang jumlahnya
tergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing-masing subkomponen adalah
pengejawantahan dari masing-masing komponen, seperti Komponen Strength mungkin
memiliki 12 subkomponen, Komponen Weakness mungkin memiliki 8 subkomponen dan
seterusnya.
2. Jenis-Jenis Analisis
SWOT
1. Model
Kuantitatif
Sebuah asumsi
dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O
dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap
kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu
rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W)
dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan
satu Threath (T).
Kemudian
setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya
adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan
skor pada masing-masing subkomponen dimana satu subkomponen dibandingkan dengan
subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih menentukan dalam
jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat
berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urutan dalam membuat Analisa
SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif,
perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari
masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S
memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu
subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu,
Subkomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan
tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak
dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Subkomponen S
ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah (dalam Misselina, Hariany, dan
Risyana, 2010).
3.
Tahap – Tahap Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah bagian dari tahap
tahap perencanaan strategis suatu organisasi yang terdiri dari tiga tahap yaitu
: tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan.
3.1 Tahap pengumpulan data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya
sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan pra analisis data. Pada tahap ini data dapat dibedakan
menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari
lingkungan di luar sekolah seperti:
ü Peran
masyarakat
ü Donatur
ü Pemerintah
Data internal dapat diperoleh dari dalam
sekolah itu sendiri, antara lain:
ü Laporan
keuangan sekolah
ü Administrasi
sekolah
ü Kegiatan
Belajar mengajar
ü Keadaan
guru dan siswa
ü Fasilitas
dan prasarana sekolah
ü Administrasi
guru dan lain lain
Pada tahap ini digunakan 2 model matriks
pengumpulan data yaitu: matriks faktor strategi eksternal dan matriks faktor
strategi internal.
Langkah
– Langkah Menyusun Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) dan Matriks Faktor
Strategi Internal (IFAS)
·
Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan
10 peluang dan ancaman serta Kekuatan dan Kelemahan).
·
Beri bobot masing – masing faktor dalam
kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
·
Hitung rating (di dalam kolom 3) untuk
masing masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi sekolah yang bersangkutan.
Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang
semakin besar diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1),
sedangkan pemberian rating untuk ancaman adalah kebalikan dari pemberian rating
peluang.
·
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating
kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(outsatnding) sampai 1,0 (poor).
·
Gunakan kolom 5 untuk memberikan
komentar atau catatan mengapa faktor – faktor tersebut dipilih dan bagaimana
skor pembobotannya dihitung.
·
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom
4), untuk memperoleh skor pembobotan bagi sekolah yang bersangkutan. Nilai
total ini akan menunjukkan bagaimana sekolah dalam hal ini SMK N 1 Lempuing
Jaya bereaksi terhadap faktor – faktor strategis eksternalnya.
3.2 Tahap Analisis Data SWOT
Setelah mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh terhadap kelangsungan sekolah, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
semua informasi tersebut dalam model – model kuantitatif perumusan strategi.
Ada beebrapa Model yang dapat digunakan dalam menyusun analisis SWOT antara
lain:
·
Matriks TOWS atau Matrik SWOT
·
Matriks BCG (Boston Consultinfg Group)
atau dikenal dengan Growth/Share Matriks
·
Matriks Internal Eksternal
·
Matriks SPACE
·
Matriks Grand Strategy
Dalam
makalah ini penulis akan menggunakan Matriks TOWS atau SWOT, karena matrik ini
akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang, ancaman eksternal yang
dihadapi sekolah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya.
Berikut
Skala yang biasa digunakan dalam menganalisis SWOT skala angka 1-4
Kekuatan: Poin 1 = Kecil Kelemahan : Poin 1 = Besar
Poin
4 = Besar Poin 4 = Kecil
Peluang
: Poin 1 = Kecil
Ancaman: Poin 1 = Besar
Poin
4 = Besar Poin 4 = Kecil
(Dalam Rangkuti, 2008 : 22 – 25)
4. Contoh Analisis SWOT
4.1
ANALISIS SWOT SMK N 1 LEMPUING JAYA
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
Kekuatan ( Strengths)
Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Lempuing Jaya memiliki beberapa kekuatan, yaitu :
a.
Manajemen
terbuka dan Aspiratif
b.
Kerjasama antarpersonil
cukup baik.
c.
Sebagian besar tenaga
guru berpendidikan S1.
d.
Lokasi cukup
strategis, berada di jalan lintas sumatera Palembang-lampung.
e.
Komite sekolah
cukup peduli dengan peningkatan mutu sekolah.
f.
Partisipasi
masyarakat cukup tinggi.
g.
Tanah sekolah
cukup luas ( + 2,2 hektare).
h.
Animo siswa
untuk sekolah di SMK N 1 Lempuing Jaya sangat tinggi.
Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan-kelemahan yang masih menjadi kendala dalam pengembangan
sekolah adalah:
a.
Belum semua guru
memahami Kurikulum KTSP.
b.
Disiplin waktu
masih perlu ditingkatkan.
c.
Rasio antara
jumlah guru dengan rombongan belajar/ kelas belum berimbang.
d.
Sebagaian besar
guru belum dapat berkomunikasi dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
e.
Sebagaian besar
guru produktif belum mengikuti magang di DU/DI.
f.
Fasilitas Fisik
gedung sangat kurang.
g.
Kompetensi dan
profesionalisme guru masih beragam.
h.
Sebagian tenaga
TU belum memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
i.
Jumlah tenaga TU
belum sesuai dengan Beban kerja.
j.
Pengembangan
diri belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
k. Jumlah
alat dan ruang praktik belum sesuai dengan yang dibutuhkan.
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
Peluang (Opportunities)
Kesempatan yang
berasal dari luar yang akan mendukung pengembangan SMK Negeri 1 lempuing jaya
adalah :
a.
Adanya asistensi
pembinaan dari P4TK dalam pegembangan sekolah.
b.
Pemerintah
mengangkat guru dan TU, baik PNS maupun guru bantu.
c.
Adanya beasiswa
bagi guru untuk studi lanjut.
d.
Pemerintah
menjanjikan alokasi dana sektor pendidikan yang lebih tinggi.
e.
Adanya peluang
untuk mengajukan kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai.
f.
Hubungan dan
support dengan instansi vertikal ditingkat kabupaten, provinsi dan pusat cukup
baik.
g.
Nilai
kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing
Jaya.
h.
Kondisi sosial,
politik, dan keamanan relatif stabil.
i.
Adanya perkembangan
teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif murah.
Tantangan (Threats)
Ada beberapa
yang berasal dari luar yang menjadi tantangan dalam pengembangan SMK Negeri 1
Lempuing Jaya, yaitu :
a.
Perubahan
Kurikulum khususnya dilingkungan Pendidikan SMK relatif terlalu cepat.
b.
Alokasi Anggaran
untuk Operasional Sekolah dari Pemerintah daerah ada kecenderungan semakin
menurun (semakin rendah dari pada sebelum otonomi daerah.
c.
Egosektoral
pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal sering tidak menguntungkan pada dunia
pendidikan.
d.
Belum semua
DU/DI dapat menerima magang untuk siswa maupun guru.
e.
Daya serap pasar
tenaga kerja untuk menerima lulusan relatif masih rendah (keterbukaan DU/DI
dalam rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang).
f.
Adanya
competitor bursa kerja dari perusahaan-perusahaan swasta.
g.
Belum semua kabupaten/kota memiliki asosiasi
profesi dan lembaga sertifikasi profesi.
h.
Terbatasnya
jumlah DU/DI yang relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi.
i.
Perkembangan
IPTEK yang berpengaruh terhadap tuntutan kemampuan dan keterampilan (tenaga
yang professional)
(sumber
:Bank data SMK N 1 Lempuing Jaya, 2011)
Tabel 1. Perhitungan EFAS SMK N 1
LEMPUING JAYA
Faktor
– Faktor strategi Eksternal
|
Bobot
|
Rating
|
Bobot X Rating
|
Komentar
|
PELUANG (O)
1.Adanya
asistensi pembinaan dari P4TK dalam pegembangan sekolah
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Dengan
adanya pembinaan dari P4TK diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru
|
2.Pemerintah
mengangkat guru dan TU, baik PNS maupun guru bantu
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Sekolah
bisa mendapatkan tenaga tambahan
|
3.Adanya
beasiswa bagi guru untuk studi lanjut
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Memberikan
peluang bagi guru untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya
|
4.
Pemerintah menjanjikan alokasi
dana sektor pendidikan yang lebih tinggi
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Sekolah
dapat mengajukan proposal bantuan dana kepada pemerintah
|
5.
Adanya peluang untuk mengajukan
kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Sekolah
dapat mengajukan proposal bantuan dana kepada pemerintah
|
6. Hubungan
dan support dengan instansi vertikal ditingkat kabupaten, provinsi dan pusat
cukup baik
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Sekolah
dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah kabupaten, provinsi, atau pusat
dalam meningkatkan kompetensi guru ataupun siswa dengan mengadakan pelatihan
atau seminar.
|
7. Nilai
kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing
Jaya
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Terbukti
dengan diterimanya siswa SMK N 1 Lempuing Jaya magang di DU/DI setiap tahun
dan kerja sama dalam ujian kompetensi siswa
|
8. Kondisi
sosial, politik, dan keamanan relatif stabil
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Dengan
kondisi social, politik, dan keamanan yang relative stabil dapat membantu
mempercepat perkembangan sekolah
|
9. Adanya
perkembangan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif
murah
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Pembelajaran
menjadi lebih cepat dan lebih variatif
|
ANCAMAN (T)
1.Perubahan
Kurikulum khususnya dilingkungan Pendidikan SMK relatif terlalu cepat
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Perubahan
kurikulum yang relative cepat membuat guru bingung dan kesulitan dalam
mengembangkan pembelajaran
|
2.Alokasi
Anggaran untuk Operasional Sekolah dari Pemerintah daerah ada kecenderungan
semakin menurun (semakin rendah dari pada sebelum otonomi daerah)
|
0,10
|
1
|
0,10
|
Untuk memenuhi sarana dan prasarana
sekolah yang belum memadai membutuhkan dana yang besar
|
3.Egosektoral
pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal sering tidak menguntungkan pada dunia
pendidikan
|
0,10
|
1
|
0,10
|
Kebijakan
sekolah gratis membuat sekolah kesulitan dalam menggalang dana guna memenuhi
dan melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang
|
4.Belum
semua DU/DI dapat menerima magang untuk siswa maupun guru
|
0,05
|
1
|
0,05
|
Belum
semua DU/DI menerima siswa untuk magang, terutama DU/DI di kota besar
|
5.
Daya serap pasar tenaga kerja
untuk menerima lulusan relatif masih rendah (keterbukaan DU/DI dalam
rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang).
|
0,05
|
1
|
0,05
|
Ada
DU/DI yang menawarkan untuk menerima siswa magang sebagai pegawai setelah
mereka lulus
|
6. Adanya
competitor bursa kerja dari perusahaan-perusahaan swasta
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Bursa
kerja dari perusahaan swasta merupakan saingan bagi lulusan SMK untuk
memasuki dunia kerja
|
7. Belum semua kabupaten/kota memiliki asosiasi
profesi dan lembaga sertifikasi profesi
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Di
Kabupaten OKI belum ada asosiasi dan lembaga sertifikasi profesi
|
8. Terbatasnya
jumlah DU/DI yang relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Ada
siswa magang di DU/DI yang kurang relevan dengan kompetensi keahliannya
|
9. Perkembangan
IPTEK yang berpengaruh terhadap tuntutan kemampuan dan keterampilan (tenaga
yang professional)
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Perkembangan
IPTEK menuntut guru untuk terus memperbaharui informasinya dan menuntut
sekolah untuk mampu memenuhi kebutuhan guru dan siswa sehingga pembelajaran
di sekolah sesuai dengan tuntutan zaman
|
JUMLAH TOTAL O + T
|
1,80
|
|
4,30
|
|
Kesimpulan:
Dari perhitungan table EFAS di atas dapat kita lihat
bahwa nilai factor pembobotan untuk peluang yang paling tinggi adalah pada poin 7, yaitu Nilai kepercayaan masyarakat umum dan
DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing Jaya, dengan nilai factor pembototan
sebesar 0,60. Kepercayaan DU/DI ini sangat penting bagi SMK N 1 Lempuing Jaya
karena setiap tahun siswa SMK mengadakan Praktek Kerja Industry (PRAKERIN) atau
masyarakat umum menyebutnya magang. Dengan magang ini siswa SMK bisa
mempraktekkan ilmu yang telah mereka dapatkan di sekolah sekaligus belajar
secara langsung di lapangan sehingga dapat menambah atau meningkatkan skill (keterampilan) mereka, dan ini
bisa menjadi bekal mereka dalam memasuki dunia kerja setelah mereka lulus dari
SMK. Tetapi, tidak semua DU/DI bisa menerima siswa SMK N 1 Lempuing Jaya untuk
magang di instansi mereka, terutama DU/DI di kota besar. Selain itu,
keterbukaan DU/DI dalam rekrutmen tenaga kerja terhadap lulusan SMK masih
rendah. Hal ini menjadi ancaman bagi SMK mengingat SMK merupakan lembaga yang
menyiapkan lulusan siap pakai. Tetapi dengan adanya kepercayaan DU/DI, terutama
DU/DI setempat, dapat dijadikan peluang kepada sekolah untuk terus membekali
siswa dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan di lapangan sehingga ketika
siswa melaksanakan PRAKERIN, mereka bisa menunjukkan kinerja yang baik dan
diharapkan pihak DU/DI bisa melihat hal tersebut dan tertarik untuk merekrut
mereka menjadi pegawai setelah mereka lulus sekolah.
Tabel
2. Perhitungan IFAS SMK N 1 LEMPUING JAYA
Faktor
– Faktor strategi Internal
|
Bobot
|
Rating
|
Bobot X Rating
|
Komentar
|
KEKUATAN
(S)
1.
Manajemen terbuka dan Aspiratif
|
0,15
|
3
|
0,45
|
Sekolah
menerima kritik dan saran baik dari guru, siswa, ataupun masyarakat demi
perbaikan kemajuan sekolah
|
2.
Kerjasama antarpersonil cukup
baik
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Sangat
kondusif baik dalam kegiatan ektrakurikuler ataupun pembelajaran, terutama
dukungan positif siswa
|
3.
Sebagian besar tenaga guru
berpendidikan S1
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Sebagian
besar guru berpendidikan S1
|
4.
Lokasi cukup strategis, berada
di jalan lintas sumatera Palembang-lampung
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Lokasi
sekolah yang strategis membuat sekolah mudah dijangkau
|
5.
Komite
sekolah cukup peduli dengan peningkatan mutu sekolah
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Komite
sekolah sangat mendukung peningkatan mutu sekolah
|
6. Partisipasi
masyarakat cukup tinggi
|
0,10
|
2
|
0,40
|
Masyarakat
perduli dengan SMK dan memberikan perhatian kepada siswa di sekitar
lingkungan mereka
|
7. Tanah
sekolah cukup luas (+ 2,2
hektare)
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Dengan
lahan yang cukup luas dapat dimanfaatkan untuk membangun gedung dan membuka
lahan
|
8. Animo
siswa untuk sekolah di SMK N 1 Lempuing Jaya sangat tinggi
|
0,20
|
3
|
0,60
|
Siswa
SMK terus meningkat setiap tahun
|
KELEMAHAN (W)
1.
Belum semua guru memahami
Kurikulum KTSP
|
0,15
|
2
|
0,30
|
Belum
semua guru paham implementasi KTSP dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kurikulum membuat guru bingung dalam membuat RPP
|
2.
Disiplin waktu masih perlu
ditingkatkan
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Banyak
guru dan siswa yang tinggal jauh dari sekolah seringkali menyebabkan
keterlambatan
|
3.
Rasio antara jumlah guru dengan
rombongan belajar/kelas belum berimbang
|
0,10
|
1
|
0,10
|
Ada
guru yang memiliki jumlah jam mengajar sangat banyak, hal ini menyebabkan
guru tidak optimal dalam mengajar
|
4.
Sebagaian besar guru belum dapat
berkomunikasi dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris
|
0,20
|
1
|
0,20
|
Sedikit
guru yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris
|
5. Sebagaian
besar guru produktif belum mengikuti magang di DU/DI
|
0,10
|
1
|
0,10
|
Guru
mata pelajaran produktif banyak yang belum magang di DU/DI sehingga tidak
mengetahui kondisi di lapangan
|
6.
Fasilitas Fisik gedung sangat
kurang
|
0,10
|
1
|
0,10
|
Jumlah
kelas yang belum memadai memaksa pembelajaran diadakan pagi dan sore, selain
itu perpustakaan dan lab dijadikan ruang kelas
|
7.
Kompetensi dan profesionalisme
guru masih beragam.
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Kompetensi
guru masih perlu ditingkatkan
|
8.
Sebagian tenaga TU belum
memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Belum
ada pegawai TU yang PNS dan sebagian besar lulusan SMA/SMK
|
9.
Jumlah tenaga TU belum sesuai
dengan Beban kerja
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Jumlah
tenaga TU belum sebanding dengan beban kerja yang ada
|
10.
Pengembangan diri belum berjalan
sesuai dengan yang diharapkan
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Pengembangan
diri belum sesuai dengan yang diharapkan
|
11.
Jumlah alat dan ruang praktik
belum sesuai dengan yang dibutuhkan
|
0,05
|
1
|
0,05
|
Ruang
praktek dan alat praktek sudah ada tetapi masih jauh dari jumlah dan kualitas
yang dibutuhkan
|
JUMLAH S + W
|
2,80
|
|
6,10
|
|
Kesimpulan
:
Berdasarkan perhitungan pada table IFAS di atas
dapat kita lihat bahwa kekuatan-kekuatan yang dimiliki sekolah ini cukup besar,
diantaranya adalah lahan yang luas dan animo siswa terhadap SMK N 1 Lempuing
Jaya sangat tinggi. Tetapi sayang kekuatan ini tidak didukung oleh adanya
fasilitas berupa gedung yang cukup dan sarana dan prasarana yang belum memadai.
Dapat kita lihat juga di table perhitungan IFAS di atas bahwa kurangnya
fasilitas berupa gedung dan fasilitas berupa alat praktek merupakan kelemahan
terbesar sekolah ini. Kebijakan sekolah gratis seperti yang disinggung pada
bahasan Treatment sebelumnya sedikit
banyak berpengaruh dalam pengadaan sarana dan prasarana ini. Oleh karena
itulah, SMK N 1 Lempuing Jaya harus lebih kreatif memanfaatkan kekuatan dan
peluang yang dimiliki untuk menjadikan tantangan menjadi peluang dan mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat tercipta sekolah yang mampu
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
MATRIKS ANALISIS SWOT (MAKRO)
EFAS
IFAS
|
PELUANG (O)
a.
Adanya asistensi pembinaan PUTK
b.
Pemerintah mengangkat guru dan
TU
c.
Adanya beasiswa bagi siswa
d.
Pemerintah menjanjikan
peningkatan alokasi dana
e.
Adanya peluang untuk mengajukan
proposal
f.
Hubungan instansi yang
menggunakan tenaga guru dan fasilitas sekolah untuk beberapa kegiatan
g.
Kondidi social politik dan
keamanan yang relatif stabil
h.
Adanya perkembangan teknologi
informasi yang mudah diakses
i.
Animo siswa untuk sekolah di
SMK Negeri 1 Lempuing jaya sangat tinggi.
|
TANTANGAN (T)
a. Perubahan
kurikulim relatif cepat
b. Alokasi
anggaran ada kecenderungan semakin menurun
c.
Adanya DU/DI yang tidak bisa
menerima magang untuk siswa dan guru
d. Daya
serap pasar tenaga kerja masih rendah
e.
Adanya competitor bursa kerja
f.
Belum tersedianya asosiasi
profesi
g.
Terbatasnya jumlah DU/DI beserta
pembimbingnya yang memenuhi kualifakasi
h. Perkembangan
IPTEK yang relatif cukup cepat
|
KEKUATAN (S)
a. Manajemen
terbuka dan parsitifatif
b. Kerjasama
cukup baik
c.
Sebagian besar guru
berpendidikan S1
d. Sudah
ada guru yang memiliki sertifikasi sebagai penguji TOEIC pengujian profesi
dan ijin nasional computer
e.
Lokasi strategis
f.
Komite sekolah cukup peduli
g.
Adanya unit produksi
|
STRENGTHS OPPORTUNITIES (SO)
a.
Memperdayakan
SDM
b.
Mengembangkan
dan meningkatkan Unit Produksi
c.
Memanfaatkan
teknologi informasi secara optimal
d.
Meningkatkan
promosi
e.
Mengupayakan
dukungan dari masyarakat dan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan
f.
Optimalisasi
pemanfaatan fasilitas lain
|
STRENGTHS – THREAT (ST)
a.
Meningkatkan kompetensi SDM
b.
Meningkatkan kualitas tamatan
c.
Meningkatkan pelayanan prima pada
pelanggan
d.
Meningkatkan kemampuan SDM dan
Komunikasi bahasa asing dan IT
e.
Meningkatkan kualitas
pendidikan (input, proses dan Output)
|
KELEMAHAN
(W)
a.
Belum semua guru paham kurikulum yang berbasis kompetensi
b.
Disisplin waktu perlu ditingkatkan.
c.
Rasio antara jumlah guru dengan jumlah kelas belum
berimbang.
d.
Sebagian besar guru belum dapat berkomunikasi
dalam bahasa inggris.
e.
Sebagian besar guru program produktif belum
mengikuti magang.
f.
Sarana dan Prasarana sangat kurang.
g.
Kompetensi dan profesionalisme guru masih beragam.
h.
Sebagian tenaga TU kurang memiliki kemampuan
sesuai dengan yang diharapkan.
i.
Jumlah TU masih kurang.
j.
Pengembangan diri belum berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
k.
Alokasi dana operasional pendidikan terbatas.
l.
Jumlah alat dan ruang praktik belum Seuai dengan yang dibutuhkan.
|
WEAKNESS OPPORTUNITIES
(WO)
a.
Melatih guru dalam implementasi pemelajaran dengan
pendekatan kompetensi.
b.
Meningkatkan kualitas SDM Outsourcing untuk
memenuhi kebutuhan SDM
c.
Outosourcing
untuk memenuhi kebutuhan SDM
d.
Mengembangkan/menyusun bahan Optimalisasi
pemanfaatan fasilitas.
e.
Meninggalkan kemampuan berbahasa inggris dengan
kursus dan English day.
f.
Meningkatkan hubungan kerja sama.
g.
Mengalokasikan dana berdasarkan skala prioritas.
|
WEAKNESS-THREAT
(WT)
a.
Kegiatan didasarkan pada skala prioritas.
b.
Optimalisasi pemanfaatan fasilitas.
|
4.2
Tahap Perhitungan Analisis SWOT SMK N 1 Lempuing Jaya
Penentuan Posisi SMK N 1 Lempuing Jaya
Dengan mempergunakan tabel Faktor
Internal-Eksternal, dan skala sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah, maka
kedudukan SMK N 1 Lempuing Jaya apabila dianalisis dengan diagram Cartesius,
maka posisinya dapat diketahui sebagai perhitungan berikut:
IFAS
|
6,10
|
EFAS
|
4,30
|
Total Skor
Kekuatan (S)
|
4,15
|
Total Skor
peluang (O)
|
2,80
|
Total Skor Kelemahan
(W)
|
1,95
|
Total Skor
Ancaman (T)
|
1,50
|
S – W
|
2,20
|
O – T
|
1,30
|
Berdasarkan
tabel di atas maka nampak bahwa titik koordinat posisi SMK N 1 Lempuing Jaya pada
titik-titik sumbu kekuatan 2,20 dan sumbu peluang 1,30. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam diagram cartesius sebagaimana berikut:
SO
|
WT
|
WO
|
Daerah
WT Weaknesses (W) 1,95
Penjelasan:
·
Dari perhitungan diatas bisa dikatakan
bahwa SMK N 1 Lempuing Jaya ini memiliki kekuatan yang cukup baik, berdasarkan
perhitungan IFAS pada table 1 di atas,
SMK N 1 Lempuing Jaya mempunyai kekuatan dengan poin 4,15.
·
Kelemahan SMK N 1 Lempuing Jaya dengan
poin 1,95, angka ini cukup besar untuk kategori kelemahan. Selisih kekuatan dan
kelemahan ini lumayan besar, yaitu 2,60. Hal ini dapat dijadikan acuan bagi
pihak sekolah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan baru yang lebih kreatif dan
inovatif sehingga kekuatan yang dimiliki dapat termanfaatkan dengan baik dan
kelemahan yang dimiliki dapat diminimalisir.
·
Pada analisis EFAS SMK N 1 Lempuing Jaya
ini mempunyai poin peluang 2,80, angka ini cukup besar walaupun masih jauh dari
angka tertinggi yang mampu dimiliki suatu sekolah. Hal ini adalah dapat
dijadikan pelajaran bagi sekolah ini untuk lebih cerdas dalam memanfaaatkan
peluang dan mencari peluang lain dalam
rangka memajukan sekolah.
·
Ancaman SMK N 1 Lempuing Jaya
berdasarkan perhitungan EFAS adalah sebesar 1,50 poin, ini merupakan angka yang
cukup besar. Selisish antara peluang dan ancaman adalah 1,30. Berdasarkan
perhitungan ini, artinya banyak hal yang masih harus diupayakan sekolah
agar dapat mengatasi ancaman yang ada.
·
Keadaan SMK N 1 Lempuing Jaya ini belum
bisa dikatakan baik setelah dilakukan analisis SWOT. Masih banyak hal yang
harus di perbaiki guna memperoleh keadaan yang stabil sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat untuk kemajuan sekolah.
PENUTUP
1. SIMPULAN
a.
Analisis
SWOT adalah indentifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan/organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats).
b.
Jenis-jenis
analisis SWOT adalah model kualitatif dan model kuantitatif
c.
Tahap
analisis SWOT adalah tahap pengumpulan data, tahap analisis,
dan tahap pengambilan keputusan.
d.
Contoh
analisis SWOT di SMK N 1 Lempuing Jaya Kab. OKI Sumatera Selatan dengan hasil S = 4,55, W = 1,95, O=2,80, dan T = 1,50.
2. SARAN
Analisis SWOT adalah sebuah alat analisis
yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang
mungkin akan dihadapi oleh lembaga/satuan pendidikan, dan bukan sebuah alat
yang serta-merta mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi
oleh sekolah/satuan pendidikan, oleh karena itu perlu pemikiran, komitmen, dan
tindak lanjut yang jelas sebagai implikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bank data SMK N 1 Lempuing Jaya,
Kab. OKI, Prov. Sumatera Selatan.(2011).
Imadiklus. (2010). Analisis SWOT dan penerapannya dalam
organisasi. Diakses dari http://www.imadiklus.com/2010/04/analisa-swot-dan-penerapannya-dalam-organisasi.html
tanggal 10 April 2012.
Misselina, Hariany, dan
Risyana. (2010). Analisis SWOT: visi dan misi. Diakses dari http://blog.unsri.ac.id/missel/makalah-ps/analisis-swot-visi-dan-misi/mrdetail/12846 tanggal 21 Maret 2012.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
boleh copas nggak ya.......
BalasHapus