Jumat, 25 Mei 2012

SWOT


PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
         Permasalahan yang dihadapi pemerintah di bidang pendidikan yaitu untuk mengantisipasi era globalisasi. Pendidikan dituntut dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing di era globalisasi. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan lulusan yang unggul (kompetitif) sehingga dapat eksis di dunia global. Agar pendidikan nasional memiliki  lulusan yang kompetitif maka pendidikan harus mempunyai manajemen yang berkualitas, baik  dalam hal efektivitas dan efisiensinya harus merupakan proses kearah peningkatan mutu pendidikan. Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi permasalahan mutu pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.           Salah satu ciri sekolah yang bermutu adalah dapat merespon kepercayaan masyarakat. Artinya, pihak sekolah mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi putra-putri mereka sehingga menghasilkan anak-anak yang bermutu dalam segala hal. Mengingat perkembangan IPTEK yang sangat pesat serta era globalisasi di depan mata maka tujuan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat menjadi suatu keharusan. Karena itulah, pihak sekolah perlu melakukan pembenahan-pembenahan dalam hal sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, kegiatan belajar-mengajar yang berkualitas, adanya akses terhadap lembaga pendidikan tinggi baik dalam maupun luar negeri, serta ketersediaan sarana-prasana yang setaraf dengan pendidikan bertaraf internasional. Tantangan yang semakin ketat dalam dunia pendidikan, khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen, pengambil kebijakan pendidikan, dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan datang yaitu dengan melakukan analisis SWOT.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

a.         Apakah pengertian analisis SWOT?
b.        Apakah jenis-jenis analisis SWOT?
c.         Bagaimanakah tahap-tahap analisis SWOT?
d.        Bagaimanakah contoh analisis SWOT di sekolah?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah untuk:
a.         menjelaskan pengertian analisis SWOT;
b.        menjelaskan jenis-jenis analisis SWOT;
c.         menjelaskan tahap-tahap analisis SWOT; dan
d.        memaparkan contoh analisis SWOT.
4. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat secara:
a. Teoritis, yaitu untuk Perencanaan  Pendidikan khususnya dalam memahami analisis swot dalam pendidikan: perumusan visi dan misi.
b. Praktis, dapat bermanfaat bagi:
1)          Para pendidik, dapat memahami analisis SWOT dalam pendidikan sehingga dapat menerapkannya di sekolah masing-masing.
2)          Mahasiswa supaya memiliki pengetahuan mengenai analisis swot dalam pendidikan.

PEMBAHASAN

1.  Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya. Analisa SWOT dicetuskan oleh Albert Humprey pada dasawarsa 1960-1970an. SWOT adalah singkatan dari Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Strenghts (kekuatan)
Strenghts (kekuatan) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek organisasi itu sendiri. Contohnya Jumlah anggota yang lebih dari cukup (kuantitatif) atau pengalaman anggota dalam beberapa kegiatan (kualitatif).
Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan) adalah kegiatan-kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Kelemahan itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat dikarenakan tidak dimaksimalkan kekuatan yang sudah ada. Contohnya adalah kurang terbinanya komunikasi antar anggota atau jaringan yang telah terbangun tidak dimaksimalkan oleh seluruh anggota.
Opportunity (kesempatan)
Opportunity adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi atau program kita untuk memanfaatkannya. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat.
Threat (Tantangan/Ancaman)
Threat adalah factor negative dari lingkungan yang memberikan hambatan bagi berkembangnya atau berjalannya sebuah organisasi atau program.
SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana mengenai apa yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka (perencana).
Jika analisis SWOT digunakan, maka dimungkinkan bagi sebuah lembaga (sekolah) untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh lulusannya. Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman dan kesempatan), yang digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Prakiraan seperti ini diterapkan dengan mulai membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan.
Analisis SWOT adalah indentifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/organisasi (Rangkuti, 2000:19). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal; Strenghts dan Weaknesses serta lingkungan eksternal; Opportunities dan Threats. Berikut ini adalah diagram analisis SWOT (Rangkuti, 2000: 19-20):


BERBAGAI PELUANG


3. Mendukung strategi turn around


1. Mendukung strategi agresif




KELEMAHAN INTERNAL


KEKUATAN INTERNAL


4. Mendukung strategi defensive


2. Mendukung strategi diversifikasi







BERBAGAI ANCAMAN


                                                                                   
KUADRAN I Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. (Growth oriented strategy).
KUADRAN II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman,perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangkapanjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa)
KUADARAN III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
KUADRAN IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan analisis SWOT adalah :
  1. SWOT analysis bisa sangat-sangat subjective. Bisa saja terjadi 2 orang menganalisa 1 perusahaan yang sama menghasilkan SWOT yang berbeda. Dengan demikian, hasil analisa SWOT hanya boleh digunakan sebagai arahan dan bukan pemecahan masalah.
  2. Pembuat analisa harus sangat-sangat realistis dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan internal. Kelemahan yang disembunyikan atau kekuatan yang tidak terjabarkan akan membuat arahan strategi menjadi tidak bisa digunakan
  3. Analisa harus didasarkan atas kondisi yang sedang terjadi dan bukan situasi yang seharusnya terjadi
  4. Hindari daerah abu-abu.
  5. Hindari kerumitan yang tidak perlu dan analisa yang berlebihan. Buatlah analisa SWOT sesingkat dan sesederhana mungkin  (Imadiklus : 2010).
SWOT selain dapat digunakan pada perusahaan bisnis, dapat juga digunakan pada manajemen sekolah  dalam menghadapi tantangan maupun peluang yang ada di era globalisasi ini. Penerapan SWOT pada instansi pendidikan tersebut dapat mendorong kemajuan manajemen  sekolah.
Beberapa contoh lingkungan internal lembaga pendidikan;
1.        Tenaga kependidikan dan staf adminstrasi.
2.        Ruang kelas, laboratorium, dan fasilitas sarana prasarana (lingkungan belajar).
3.        Siswa yang ada.
4.        Anggaran operasional.
5.        Program riset dan pengembangan iptek.
6.        Organisasi atau dewan lainnya dalam sekolah.
Beberapa contoh lingkungan eksternal lembaga pendidikan:
1.        Tempat kerja yang prospektif bagi lulusan.
2.        Orang tua dan keluarga siswa.
3.        Lembaga pendidikan pesaing lainnya.
4.        Sekolah /lembaga tinggi sebagai persiapan lanjutan.
5.        Demografi sosial dan ekonomi penduduk.
6.        Badan-badan penyandang dana.
Penafsiran kekuatan dan kelemahan dapat dilakukan melalui survey, kelompok-kelompok fokus, wawancara dengan murid dan alumni, dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Begitu kelemahan dan kekuatan tergambar, maka akan memungkinkan untuk mengkonfirmasi item-item  tersebut.  Gambaran eksternal bersifat komplementer terhadap self-study internal  di dalam analisis SWOT. Pengaruh-pengaruh nasional dan regional seperti masalah-masalah lokal dan negara adalah yang paling penting dalam memutuskan program baru apa saja yang perlu ditambah atau program yang sudah ada dan perlu dimodifikasi atau diganti. Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses penganalisaannya akan berkembang menjadi beberapa Subkomponen yang jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing-masing subkomponen adalah pengejawantahan dari masing-masing komponen, seperti Komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, Komponen Weakness mungkin memiliki 8 subkomponen dan seterusnya.
2. Jenis-Jenis Analisis SWOT
1.    Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing-masing subkomponen dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
        Urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, Subkomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, Subkomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah (dalam Misselina,  Hariany,  dan Risyana, 2010).
3. Tahap – Tahap Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah bagian dari tahap tahap perencanaan strategis suatu organisasi yang terdiri dari tiga tahap yaitu : tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan.
3.1  Tahap pengumpulan data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis data. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal.
*      Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar sekolah seperti:
ü  Peran masyarakat
ü  Donatur
ü  Pemerintah
*      Data internal dapat diperoleh dari dalam sekolah itu sendiri, antara lain:
ü  Laporan keuangan sekolah
ü  Administrasi sekolah
ü  Kegiatan Belajar mengajar
ü  Keadaan guru dan siswa
ü  Fasilitas dan prasarana sekolah
ü  Administrasi guru dan lain lain

Pada tahap ini digunakan 2 model matriks pengumpulan data yaitu: matriks faktor strategi eksternal dan matriks faktor strategi internal.
       Langkah – Langkah Menyusun Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) dan Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
·         Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman serta Kekuatan dan Kelemahan).
·         Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
·         Hitung rating (di dalam kolom 3) untuk masing masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi sekolah yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1), sedangkan pemberian rating untuk ancaman adalah kebalikan dari pemberian rating peluang.
·         Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outsatnding) sampai 1,0 (poor).
·         Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor – faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
·         Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh skor pembobotan bagi sekolah yang bersangkutan. Nilai total ini akan menunjukkan bagaimana sekolah dalam hal ini SMK N 1 Lempuing Jaya bereaksi terhadap faktor – faktor strategis eksternalnya.
3.2  Tahap Analisis Data SWOT
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan sekolah, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model – model kuantitatif perumusan strategi. Ada beebrapa Model yang dapat digunakan dalam menyusun analisis SWOT antara lain:
·         Matriks TOWS atau Matrik SWOT
·         Matriks BCG (Boston Consultinfg Group) atau dikenal dengan Growth/Share Matriks
·         Matriks Internal Eksternal
·         Matriks SPACE
·         Matriks Grand Strategy
            Dalam makalah ini penulis akan menggunakan Matriks TOWS atau SWOT, karena matrik ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang, ancaman eksternal yang dihadapi sekolah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Berikut Skala yang biasa digunakan dalam menganalisis SWOT skala angka 1-4
Kekuatan:  Poin 1 = Kecil                            Kelemahan : Poin 1 = Besar
                    Poin 4 = Besar                                                  Poin 4 = Kecil
Peluang :    Poin 1 = Kecil                            Ancaman:     Poin 1 = Besar
                    Poin 4 = Besar                                                  Poin 4 = Kecil
                                                                                    (Dalam Rangkuti, 2008 : 22 – 25)
4. Contoh Analisis SWOT
4.1 ANALISIS SWOT SMK N 1 LEMPUING JAYA
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
Kekuatan ( Strengths)
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Lempuing Jaya memiliki beberapa kekuatan, yaitu :
a.    Manajemen terbuka dan Aspiratif
b.    Kerjasama antarpersonil cukup baik.
c.    Sebagian besar tenaga guru berpendidikan S1.
d.   Lokasi cukup strategis, berada di jalan lintas sumatera Palembang-lampung.
e.    Komite sekolah cukup peduli dengan peningkatan mutu sekolah.
f.     Partisipasi masyarakat cukup tinggi.
g.    Tanah sekolah cukup luas  ( + 2,2 hektare).
h.    Animo siswa untuk sekolah di SMK N 1 Lempuing Jaya sangat tinggi.
Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan-kelemahan  yang masih menjadi kendala dalam pengembangan sekolah adalah:
a.    Belum semua guru memahami Kurikulum KTSP.
b.    Disiplin waktu masih perlu ditingkatkan.
c.    Rasio antara jumlah guru dengan rombongan belajar/ kelas belum berimbang.
d.   Sebagaian besar guru belum dapat berkomunikasi dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris.
e.    Sebagaian besar guru produktif belum mengikuti magang di DU/DI.
f.     Fasilitas Fisik gedung sangat kurang.
g.    Kompetensi dan profesionalisme guru masih beragam.
h.    Sebagian tenaga TU belum memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
i.      Jumlah tenaga TU belum sesuai dengan Beban kerja.
j.      Pengembangan diri belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
k.    Jumlah alat dan ruang praktik belum sesuai dengan yang dibutuhkan.
ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
Peluang (Opportunities)
Kesempatan yang berasal dari luar yang akan mendukung pengembangan SMK Negeri 1 lempuing jaya adalah :
a.    Adanya asistensi pembinaan dari P4TK dalam pegembangan sekolah.
b.    Pemerintah mengangkat guru dan TU, baik PNS maupun guru bantu.
c.    Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut.
d.   Pemerintah menjanjikan alokasi dana sektor pendidikan yang lebih tinggi.
e.    Adanya peluang untuk mengajukan kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai.
f.     Hubungan dan support dengan instansi vertikal ditingkat kabupaten, provinsi dan pusat cukup baik.
g.    Nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing Jaya.
h.    Kondisi sosial, politik, dan keamanan relatif stabil.
i.      Adanya perkembangan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif murah.
Tantangan (Threats)
Ada beberapa yang berasal dari luar yang menjadi tantangan dalam pengembangan SMK Negeri 1 Lempuing Jaya, yaitu :
a.    Perubahan Kurikulum khususnya dilingkungan Pendidikan SMK relatif terlalu cepat.
b.    Alokasi Anggaran untuk Operasional Sekolah dari Pemerintah daerah ada kecenderungan semakin menurun (semakin rendah dari pada sebelum otonomi daerah.
c.    Egosektoral pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal  sering tidak menguntungkan pada dunia pendidikan.
d.   Belum semua DU/DI dapat menerima magang untuk siswa maupun guru.
e.    Daya serap pasar tenaga kerja untuk menerima lulusan relatif masih rendah (keterbukaan DU/DI dalam rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang).
f.     Adanya competitor bursa kerja dari perusahaan-perusahaan swasta.
g.    Belum  semua kabupaten/kota memiliki asosiasi profesi dan lembaga sertifikasi profesi.
h.    Terbatasnya jumlah DU/DI yang relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi.
i.      Perkembangan IPTEK yang berpengaruh terhadap tuntutan kemampuan dan keterampilan (tenaga yang professional)
                                               (sumber :Bank data SMK N 1 Lempuing Jaya, 2011)

Tabel 1. Perhitungan EFAS SMK N 1 LEMPUING JAYA
Faktor – Faktor strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot  X Rating
Komentar
PELUANG  (O)
1.Adanya asistensi pembinaan dari P4TK dalam pegembangan sekolah

0,10


3


0,30


Dengan adanya pembinaan dari P4TK diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru
2.Pemerintah mengangkat guru dan TU, baik PNS maupun guru bantu
0,10
3
0,30
Sekolah bisa mendapatkan tenaga tambahan
3.Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut

0,10

2

0,20
Memberikan peluang bagi guru untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya
4.     Pemerintah menjanjikan alokasi dana sektor pendidikan yang lebih tinggi

0,10

3

0,30
Sekolah dapat mengajukan proposal bantuan dana kepada pemerintah
5.     Adanya peluang untuk mengajukan kegiatan dengan alokasi dana yang cukup memadai
0,10
3
0,30
Sekolah dapat mengajukan proposal bantuan dana kepada pemerintah
6.     Hubungan dan support dengan instansi vertikal ditingkat kabupaten, provinsi dan pusat cukup baik
0,10
3
0,30
Sekolah dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah kabupaten, provinsi, atau pusat dalam meningkatkan kompetensi guru ataupun siswa dengan mengadakan pelatihan atau seminar.
7.     Nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing Jaya
0,20
3
0,60
Terbukti dengan diterimanya siswa SMK N 1 Lempuing Jaya magang di DU/DI setiap tahun dan kerja sama dalam ujian kompetensi siswa
8.     Kondisi sosial, politik, dan keamanan relatif stabil
0,10
2
0,20
Dengan kondisi social, politik, dan keamanan yang relative stabil dapat membantu mempercepat perkembangan sekolah
9.     Adanya perkembangan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah dan relatif murah
0,10
3
0,30
Pembelajaran menjadi lebih cepat dan lebih variatif
ANCAMAN (T)
1.Perubahan Kurikulum khususnya dilingkungan Pendidikan SMK relatif terlalu cepat

0,10


2


0,20


Perubahan kurikulum yang relative cepat membuat guru bingung dan kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran
2.Alokasi Anggaran untuk Operasional Sekolah dari Pemerintah daerah ada kecenderungan semakin menurun (semakin rendah dari pada sebelum otonomi daerah)
0,10
1
0,10
Untuk memenuhi sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai membutuhkan dana yang besar
3.Egosektoral pemegang kebijakan/kewenangan pada lini vertikal  sering tidak menguntungkan pada dunia pendidikan

0,10

1

0,10
Kebijakan sekolah gratis membuat sekolah kesulitan dalam menggalang dana guna memenuhi dan melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang
4.Belum semua DU/DI dapat menerima magang untuk siswa maupun guru

0,05

1

0,05
Belum semua DU/DI menerima siswa untuk magang, terutama DU/DI di kota besar
5.     Daya serap pasar tenaga kerja untuk menerima lulusan relatif masih rendah (keterbukaan DU/DI dalam rekruitmen tenaga kerja relatif rendah/kurang).
0,05
1
0,05
Ada DU/DI yang menawarkan untuk menerima siswa magang sebagai pegawai setelah mereka lulus
6.     Adanya competitor bursa kerja dari perusahaan-perusahaan swasta
0,10
3
0,30
Bursa kerja dari perusahaan swasta merupakan saingan bagi lulusan SMK untuk memasuki dunia kerja
7.     Belum  semua kabupaten/kota memiliki asosiasi profesi dan lembaga sertifikasi profesi
0,10
2
0,20
Di Kabupaten OKI belum ada asosiasi dan lembaga sertifikasi profesi
8.     Terbatasnya jumlah DU/DI yang relevan dan pembimbing yang memenuhi kualifikasi
0,10
3
0,30
Ada siswa magang di DU/DI yang kurang relevan dengan kompetensi keahliannya
9.     Perkembangan IPTEK yang berpengaruh terhadap tuntutan kemampuan dan keterampilan (tenaga yang professional)
0,10
2
0,20
Perkembangan IPTEK menuntut guru untuk terus memperbaharui informasinya dan menuntut sekolah untuk mampu memenuhi kebutuhan guru dan siswa sehingga pembelajaran di sekolah sesuai dengan tuntutan zaman
JUMLAH TOTAL  O + T
1,80

4,30

Kesimpulan:
Dari perhitungan table EFAS di atas dapat kita lihat bahwa nilai factor pembobotan untuk peluang yang paling tinggi adalah pada poin 7, yaitu Nilai kepercayaan masyarakat umum dan DU/DI (user) terhadap SMK Negeri 1 Lempuing Jaya, dengan nilai factor pembototan sebesar 0,60. Kepercayaan DU/DI ini sangat penting bagi SMK N 1 Lempuing Jaya karena setiap tahun siswa SMK mengadakan Praktek Kerja Industry (PRAKERIN) atau masyarakat umum menyebutnya magang. Dengan magang ini siswa SMK bisa mempraktekkan ilmu yang telah mereka dapatkan di sekolah sekaligus belajar secara langsung di lapangan sehingga dapat menambah atau meningkatkan skill (keterampilan) mereka, dan ini bisa menjadi bekal mereka dalam memasuki dunia kerja setelah mereka lulus dari SMK. Tetapi, tidak semua DU/DI bisa menerima siswa SMK N 1 Lempuing Jaya untuk magang di instansi mereka, terutama DU/DI di kota besar. Selain itu, keterbukaan DU/DI dalam rekrutmen tenaga kerja terhadap lulusan SMK masih rendah. Hal ini menjadi ancaman bagi SMK mengingat SMK merupakan lembaga yang menyiapkan lulusan siap pakai. Tetapi dengan adanya kepercayaan DU/DI, terutama DU/DI setempat, dapat dijadikan peluang kepada sekolah untuk terus membekali siswa dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan di lapangan sehingga ketika siswa melaksanakan PRAKERIN, mereka bisa menunjukkan kinerja yang baik dan diharapkan pihak DU/DI bisa melihat hal tersebut dan tertarik untuk merekrut mereka menjadi pegawai setelah mereka lulus sekolah.
Tabel 2. Perhitungan IFAS SMK N 1 LEMPUING JAYA
Faktor – Faktor strategi Internal
Bobot
Rating
Bobot  X Rating
Komentar
KEKUATAN (S)
1.     Manajemen terbuka dan Aspiratif

0,15


3


0,45


Sekolah menerima kritik dan saran baik dari guru, siswa, ataupun masyarakat demi perbaikan kemajuan sekolah
2.     Kerjasama antarpersonil cukup baik
0,20
3
0,60
Sangat kondusif baik dalam kegiatan ektrakurikuler ataupun pembelajaran, terutama dukungan positif siswa
3.     Sebagian besar tenaga guru berpendidikan S1

0,20

3

0,60
Sebagian besar guru berpendidikan S1
4.     Lokasi cukup strategis, berada di jalan lintas sumatera Palembang-lampung

0,20

3

0,60
Lokasi sekolah yang strategis membuat sekolah mudah dijangkau
5.     Komite sekolah cukup peduli dengan peningkatan mutu sekolah
0,10
3
0,30
Komite sekolah sangat mendukung peningkatan mutu sekolah
6.    Partisipasi masyarakat cukup tinggi
0,10
2
0,40
Masyarakat perduli dengan SMK dan memberikan perhatian kepada siswa di sekitar lingkungan mereka
7.    Tanah sekolah cukup luas  (+ 2,2 hektare)
0,20
3
0,60
Dengan lahan yang cukup luas dapat dimanfaatkan untuk membangun gedung dan membuka lahan
8.    Animo siswa untuk sekolah di SMK N 1 Lempuing Jaya sangat tinggi
0,20
3
0,60
Siswa SMK terus meningkat setiap tahun
KELEMAHAN (W)
1.    Belum semua guru memahami Kurikulum KTSP

0,15


2


0,30


Belum semua guru paham implementasi KTSP dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurikulum membuat guru bingung dalam membuat RPP
2.    Disiplin waktu masih perlu ditingkatkan
0,10
2
0,20
Banyak guru dan siswa yang tinggal jauh dari sekolah seringkali menyebabkan keterlambatan
3.    Rasio antara jumlah guru dengan rombongan belajar/kelas belum berimbang

0,10

1

0,10
Ada guru yang memiliki jumlah jam mengajar sangat banyak, hal ini menyebabkan guru tidak optimal dalam mengajar
4.    Sebagaian besar guru belum dapat berkomunikasi dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris

0,20

1

0,20
Sedikit guru yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris
5.    Sebagaian besar guru produktif belum mengikuti magang di DU/DI
0,10
1
0,10
Guru mata pelajaran produktif banyak yang belum magang di DU/DI sehingga tidak mengetahui kondisi di lapangan
6.    Fasilitas Fisik gedung sangat kurang
0,10
1
0,10
Jumlah kelas yang belum memadai memaksa pembelajaran diadakan pagi dan sore, selain itu perpustakaan dan lab dijadikan ruang kelas
7.    Kompetensi dan profesionalisme guru masih beragam.
0,10
3
0,30
Kompetensi guru masih perlu ditingkatkan
8.    Sebagian tenaga TU belum memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
0,10
2
0,20
Belum ada pegawai TU yang PNS dan sebagian besar lulusan SMA/SMK
9.    Jumlah tenaga TU belum sesuai dengan Beban kerja

0,10
2
0,20
Jumlah tenaga TU belum sebanding dengan beban kerja yang ada
10.    Pengembangan diri belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan
0,10
2
0,20
Pengembangan diri belum sesuai dengan yang diharapkan
11.    Jumlah alat dan ruang praktik belum sesuai dengan yang dibutuhkan
0,05
1
0,05
Ruang praktek dan alat praktek sudah ada tetapi masih jauh dari jumlah dan kualitas yang dibutuhkan
JUMLAH S + W
2,80

6,10

Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan pada table IFAS di atas dapat kita lihat bahwa kekuatan-kekuatan yang dimiliki sekolah ini cukup besar, diantaranya adalah lahan yang luas dan animo siswa terhadap SMK N 1 Lempuing Jaya sangat tinggi. Tetapi sayang kekuatan ini tidak didukung oleh adanya fasilitas berupa gedung yang cukup dan sarana dan prasarana yang belum memadai. Dapat kita lihat juga di table perhitungan IFAS di atas bahwa kurangnya fasilitas berupa gedung dan fasilitas berupa alat praktek merupakan kelemahan terbesar sekolah ini. Kebijakan sekolah gratis seperti yang disinggung pada bahasan Treatment sebelumnya sedikit banyak berpengaruh dalam pengadaan sarana dan prasarana ini. Oleh karena itulah, SMK N 1 Lempuing Jaya harus lebih kreatif memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk menjadikan tantangan menjadi peluang dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat tercipta sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
MATRIKS ANALISIS SWOT (MAKRO)
      
        EFAS


IFAS
PELUANG (O)
a.       Adanya asistensi pembinaan PUTK
b.      Pemerintah mengangkat guru dan TU
c.       Adanya beasiswa bagi siswa
d.      Pemerintah menjanjikan peningkatan alokasi dana
e.       Adanya peluang untuk mengajukan proposal
f.       Hubungan instansi yang menggunakan tenaga guru dan fasilitas sekolah untuk beberapa kegiatan
g.       Kondidi social politik dan keamanan yang relatif stabil
h.      Adanya perkembangan teknologi informasi yang mudah diakses
i.        Animo siswa untuk sekolah di SMK Negeri 1 Lempuing jaya sangat tinggi.
TANTANGAN (T)
a.       Perubahan kurikulim  relatif cepat
b.       Alokasi anggaran ada kecenderungan semakin menurun
c.        Adanya DU/DI yang tidak bisa menerima magang untuk siswa dan guru
d.       Daya serap pasar tenaga kerja masih rendah
e.        Adanya competitor bursa kerja
f.        Belum tersedianya asosiasi profesi
g.        Terbatasnya jumlah DU/DI beserta pembimbingnya yang memenuhi kualifakasi
h.      Perkembangan IPTEK yang relatif cukup cepat
KEKUATAN (S)
a.       Manajemen terbuka dan parsitifatif
b.       Kerjasama cukup baik
c.        Sebagian besar guru berpendidikan S1
d.       Sudah ada guru yang memiliki sertifikasi sebagai penguji TOEIC pengujian profesi dan ijin nasional computer
e.        Lokasi strategis
f.        Komite sekolah cukup peduli
g.        Adanya unit produksi
STRENGTHS OPPORTUNITIES (SO)
a.       Memperdayakan SDM
b.       Mengembangkan dan meningkatkan Unit Produksi
c.        Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal
d.       Meningkatkan promosi
e.        Mengupayakan dukungan dari masyarakat dan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan
f.        Optimalisasi pemanfaatan fasilitas lain
STRENGTHS – THREAT (ST)
a.       Meningkatkan kompetensi SDM
b.      Meningkatkan kualitas tamatan
c.       Meningkatkan pelayanan prima pada pelanggan
d.      Meningkatkan kemampuan SDM dan Komunikasi bahasa asing dan IT
e.       Meningkatkan kualitas pendidikan (input, proses dan Output)
KELEMAHAN (W)
a.       Belum semua guru paham kurikulum  yang berbasis kompetensi
b.       Disisplin waktu perlu ditingkatkan.
c.        Rasio antara jumlah guru dengan jumlah kelas belum berimbang.
d.       Sebagian besar guru belum dapat berkomunikasi dalam bahasa inggris.
e.        Sebagian besar guru program produktif belum mengikuti magang.
f.        Sarana dan Prasarana sangat kurang.
g.        Kompetensi dan profesionalisme guru masih beragam.
h.       Sebagian tenaga TU kurang memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan.
i.         Jumlah TU masih kurang.
j.         Pengembangan diri belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
k.       Alokasi dana operasional pendidikan terbatas.
l.         Jumlah alat dan ruang praktik  belum Seuai dengan yang dibutuhkan.
WEAKNESS OPPORTUNITIES
(WO)
a.     Melatih guru dalam implementasi pemelajaran dengan pendekatan kompetensi.
b.     Meningkatkan kualitas SDM Outsourcing untuk memenuhi kebutuhan SDM
c.     Outosourcing  untuk memenuhi kebutuhan SDM
d.     Mengembangkan/menyusun bahan Optimalisasi pemanfaatan fasilitas.
e.     Meninggalkan kemampuan berbahasa inggris dengan kursus dan English day.
f.      Meningkatkan hubungan kerja sama.
g.     Mengalokasikan dana berdasarkan skala prioritas.
WEAKNESS-THREAT
(WT)
a.     Kegiatan didasarkan pada skala prioritas.
b.     Optimalisasi pemanfaatan fasilitas.


4.2 Tahap Perhitungan Analisis SWOT SMK N 1 Lempuing Jaya
Penentuan Posisi SMK N 1 Lempuing Jaya
            Dengan mempergunakan tabel Faktor Internal-Eksternal, dan skala sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah, maka kedudukan SMK N 1 Lempuing Jaya apabila dianalisis dengan diagram Cartesius, maka posisinya dapat diketahui sebagai perhitungan berikut:
IFAS
6,10
EFAS
4,30
Total Skor Kekuatan (S)
4,15
Total Skor peluang (O)
2,80
Total Skor Kelemahan (W)
1,95
Total Skor Ancaman (T)
1,50
S – W
2,20
O – T
1,30

Berdasarkan tabel di atas maka nampak bahwa titik koordinat posisi SMK N 1 Lempuing Jaya pada titik-titik sumbu kekuatan 2,20 dan sumbu peluang 1,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram cartesius sebagaimana berikut:

SO
WT
WO
 Daerah ST                                              Strengths (S) 4,15                        Daerah SO                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             Threats (T) 1,50                                                       Opportunity (O) 2,80                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Daerah WO                                                                                                                                                                                               
Daerah WT                                          Weaknesses (W) 1,95
                                               


Penjelasan:
·      Dari perhitungan diatas bisa dikatakan bahwa SMK N 1 Lempuing Jaya ini memiliki kekuatan yang cukup baik, berdasarkan perhitungan IFAS  pada table 1 di atas, SMK N 1 Lempuing Jaya mempunyai kekuatan dengan poin 4,15.
·      Kelemahan SMK N 1 Lempuing Jaya dengan poin 1,95, angka ini cukup besar untuk kategori kelemahan. Selisih kekuatan dan kelemahan ini lumayan besar, yaitu 2,60. Hal ini dapat dijadikan acuan bagi pihak sekolah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan baru yang lebih kreatif dan inovatif sehingga kekuatan yang dimiliki dapat termanfaatkan dengan baik dan kelemahan yang dimiliki dapat diminimalisir.
·      Pada analisis EFAS SMK N 1 Lempuing Jaya ini mempunyai poin peluang 2,80, angka ini cukup besar walaupun masih jauh dari angka tertinggi yang mampu dimiliki suatu sekolah. Hal ini adalah dapat dijadikan pelajaran bagi sekolah ini untuk lebih cerdas dalam memanfaaatkan peluang dan mencari peluang lain  dalam rangka memajukan sekolah.
·      Ancaman SMK N 1 Lempuing Jaya berdasarkan perhitungan EFAS adalah sebesar 1,50 poin, ini merupakan angka yang cukup besar. Selisish antara peluang dan ancaman adalah 1,30. Berdasarkan perhitungan ini, artinya banyak hal yang masih harus diupayakan sekolah agar  dapat mengatasi ancaman yang ada.
·      Keadaan SMK N 1 Lempuing Jaya ini belum bisa dikatakan baik setelah dilakukan analisis SWOT. Masih banyak hal yang harus di perbaiki guna memperoleh keadaan yang stabil sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kemajuan sekolah.

PENUTUP
1. SIMPULAN
a.         Analisis SWOT adalah indentifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
b.        Jenis-jenis analisis SWOT adalah model kualitatif dan model kuantitatif
c.         Tahap analisis SWOT adalah tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan.
d.        Contoh analisis SWOT di SMK N 1 Lempuing Jaya Kab. OKI Sumatera Selatan dengan hasil  S = 4,55, W = 1,95, O=2,80, dan T = 1,50.
2. SARAN
Analisis SWOT adalah sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh lembaga/satuan pendidikan, dan bukan sebuah alat yang serta-merta mampu memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah/satuan pendidikan, oleh karena itu perlu pemikiran, komitmen, dan tindak lanjut yang jelas sebagai implikasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Bank data SMK N 1 Lempuing Jaya, Kab. OKI, Prov. Sumatera Selatan.(2011).
Imadiklus. (2010). Analisis SWOT dan penerapannya dalam organisasi. Diakses dari http://www.imadiklus.com/2010/04/analisa-swot-dan-penerapannya-dalam-organisasi.html tanggal 10 April 2012.
Misselina, Hariany,  dan Risyana. (2010). Analisis SWOT: visi dan misi. Diakses dari http://blog.unsri.ac.id/missel/makalah-ps/analisis-swot-visi-dan-misi/mrdetail/12846   tanggal 21 Maret 2012.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

1 komentar: