Pengertian
Analisis Instruksional
Analisis
intruksional adalah sebagai tahapan proses yang merupakan keseluruhan dari
pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan komponen utama dari tujuan
instruksional melalui kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana
setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi
keterampilan subordinate atau keterampilan prasyarat. (Dick and Carey 2005)
dalam (zuhairi-stain.blogspot.com).
Analisis
instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika dipublikasikan
ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-langkah yang
sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate bagi sibelajar
dalam rangka mencapai tujuan. (Dick and Carey 2005). Analisis instruksional
adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusun disain instruksional atau
guru untuk membantu mereka di dalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang
harus dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang
membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok (Esseff, P.J.)
Suparman
(1997) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional sebagai proses yang
menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis
dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi
perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara
terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan sistematis
adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahuluditinjau dari
berbagai alas an seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,
prilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang
menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih
awal.
Kegunaan
Analisis Instruksional
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:
1.
Membantu
bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain instruksional untuk
mengorganisir tugas-tugas pokok dalam hubungannya dengan subtugas yang harus
dipelajari siswa. Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan
urutan logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut
dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi siswa
mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai mengikuti suatu
pelajaran.
2.
Membantu
para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior) berkenaan dengan
masing-masing tugas pokok maupun subtugas. Dengan cara demikian, semua
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas
pokok dapat diidentifikasikan.
3.
Membantu
para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik untuk memperkirakan
waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga siswa dapat melaksanakan suatu
tugas dengan baik.
Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005),
proses analisis instruksional dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal
analysis) yang dimulai setelah memperoleh pernyataan yang jelas dari
instruksional.
1. Analisis
Tujuan (Goal Analysis)
Hal
yang harus diperhatikan adalah:
a.
Pengklarifikasian pernyataan
tujuan berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul.
Domain belajar dapat dibagi atas
empat yakni:
1. Keterampilan
intelektual
Keterampilan yang mensyaratkan
sebelajar melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini
adalah sibelajar harus mempu memecahkan
masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau informasi yang tidak
ditemukan sebelumnya.
2. Informasi
Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan
sibelajar memberikan respons yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.
Biasanya tujuan keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.
Kata kerja seperti menyebutkan atau menjelaskan sesuatu.
3. Sikap
Sikap adalah pernyataaan
kompleks manusia terhadap orang, benda dan kejadian. Dick and Carey (2005) dalam
(zuhairi-stain.blogspot.com) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat
pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu.
Sikap mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang
yang sulit diukur dalam waktu singkat. Tujuan instruksional yang berfokus pada
sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih. Sikap
memilih dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative terhadap objek
kejadian atau orang tertentu.
4. Keterampilan
psikomotor
Karakteristik dari keterampilan
psikomotor adalah sibelajar harus melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa
peralatan untuk mencapai hasil yang spesifik. Ketrampilan ini melibatkan mental
dan fisik. Perilaku dari tampilan ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban
kekuatan dan kelenturan.
Setiap tujuan dapat dimulai
dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita menentukan keterampilan belajar apa
yang harus dipelajari sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”
Jawabannya adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu domain
belajar diatas.
b. Mengidentifikasi
dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika sibelajar sedang menampilkan
tujuan.
Langkah kedua dari analisis tujuan ini
dilakukan setelah kita mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk
lebih spesifik mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang
menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang
desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah
demi langkah secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang
ketika menampilkan sebuah tujuan.
Analisis tujuan merupakan tayangan visual
dari langkah-langkah spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan
tujuan instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi
langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram). Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut
yang harus diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda
atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus dibuat.
Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah kata kerja yang
menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila
membaca atau mendengar (keduanya proses
internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya diindikasikan apa
yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca atau dengar. Setiap
langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi. Sedikitnya 5 langkah
yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk durasi waktu 1
sampai 2 jam pengajaran.
Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer mengklasifikasikan
keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan
melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis). Tetapi sebelumnya ada bebrapa hal lagi yang
sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah dibuat hingga
pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis tujuan.
(goal
analysis) berupa
diagram keterampilan yang menyediakan gambaran mengenai apa yang akan
menyediakan gambaran mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika
mereka menampilkan tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang
nantinya menjadi dasar bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate
skill analysis.
2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate
skill analysis)
Setelah
langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu melakukan pengujian
setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah diketahui seibelajar
dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini
disebut analysis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.
Dalam
analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya
hanya keterampilan intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan
kompleks (complex goal) melibatkan
beberapa domain / ranah segaligus. Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat
digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis
keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi atau gambaran mengenai tugas utama si belajar
yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum.
Berbagai
pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat menurut Dick and
Carey (2005) dalam (zuhairi-stain.blogspot.com) yakni:
1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
3. Pendekatan Hirarki dan atau
Pendekatan Pengelompokan
Suparman
(1997) dalam membagi pendekatan tersebut sebagai proses penguraian perilaku khusus kedalam empat
struktur perilaku. Empat susunan struktur perilaku tersebut sebagai berikut:
1. Struktur
Perilaku Hirarkial
Struktur
ini adalah kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku
hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain (perilaku=kemampuan).
Misalnya pada mata pelajaran seni
budaya, kedudukanperilaku membaca notasi musik dan perilaku menyanyikan notasi
musik tersebut. Perilaku menyanyikan notasi musik tidak akan mungkin dapat
dilakukan siswa apabila siswa tersebut belum menguasai dalam hal membaca notasi
musik.
Gbr.
Struktur perilaku Hirarkial
1. Struktur
Perilaku Prosedural
Struktur ini adalah kedudukan beberapa
perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku
tetapi ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain.Contoh : tujuan
siswa dapat membuat karya musik sendiri. Dapat Dilihat dalam Struktur Berikut:
Gbr.
Struktur Perilaku Prosedural
3. Struktur Perilaku Pengelompokan
Struktur ini adalah perilaku-perilaku
khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya
tujuan siswa dapat menjelaskan fungsi bagian-bagian gitar, menjelaskan fungsi
satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan procedural. Siswa dapat
menyebutkan fungsi bagian gitar sesuai dengan siswa ingin. Misalnya:
Struktur ini adalah perilaku khusus
sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkial,
procedural dan pengelompokan.
Misalnya kemampuan mengapresisi
karya musik daerah.
Gbr.
Struktur Perilaku Kombinasi
C. Langkah-langkah Melakukan Analisis
Instruksional
Menurut Mager (2005) dalam (zuhairi-stain.blogspot.com)
langkah-langkah di dalam analisis istruksional dapat dibedakan dua macam:
1.
Langkah
pertama ialah menuliskan semua tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan.
2.
Langkah
kedua ialah menyusun, daftar tugas secara mendetail dan urut sesuai dengan
urutan senyatanya manakala tugas itu dilaksanakan.
Apa yang dikemukakan oleh Mager tersebut
menunjukkan, bahwa pada langkah pertama belum diperhatikan urutan bagaimana melaksanakan
tugas-tugas tersebut. Sedang pada langkah kedua, di samping memerinci sampai
pada tugas yang sekecil-kecilnya agar tak ada yang terlewatkan, juga
memperhatikan urutan bagaimana tugas tersebut dilaksanakan. Ell (2005) lebih
memerinci di dalam menjelaskan metode analisis instruksional sebagai berikut:
(a) Identifikasi tugas-tugas
pokok dan hubunganriya dengan subtugas.
(b) Mengurutkan tugas-tugas sesuai dengan urutan,
manakala tugas
(c) tersebut dilaksanakan
dalam keadaan senyatanya.
(d) Identifikasi tingkah laku
(behavior) yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas.
(e) Memperkirakan waktu yang
diperlukan untuk mempelajari setiap tugas.
Cara yang efektif untuk
menentukan tugas-tugas pokok (major tasks) adalah dengan cara menuliskan semua
tugas yang berkenaan dengan masing-masing bidang tertentu yang harus dicapai.
Kita bisa mulai dengan menanyakan kepada diri sendiri. "Apa yang saya
inginkan siswa dapat melakukan sesuatu setelah ia selesai mempelajari suatu
unit pelajaran" ? Seberapa banyak daftar tugas tersebut, tergantung dari
luasnya bidang yang dianalisis, misalnya apakah kita ingin menyusun suatu
pogram studi untuk suatu jurusan pada suatu fakultas, suatu program training,
atau suatu mata kuliah, atau bahkan suatu unit pelajaran.
REFERENSI
Suparman, Atwi. 2004. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar